Pendahuluan
Modul budaya disiplin sekolah diharapkan menjadi kontrol penuh pada diri, serta tatanan komponen sekolah,
Surat
dari Instruktur
Selamat datang
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak
Sekarang
Anda berada pada modul ‘Budaya Positif’. Kami yakin Bapak/Ibu yang telah
bertahun-tahun mengajar, mendampingi murid-murid tumbuh dan berkembang,
menyadari bahwa budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan
anak-anak yang memiliki karakter yang kuat, sesuai profil pelajar Pancasila.
Kita
telah belajar bersama tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
nilai-nilai peran guru penggerak dan visi guru penggerak. Dalam modul ini Bapak
dan Ibu akan memahami pentingnya membangun budaya positif di sekolah sesuai
dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak
pada murid untuk membantu Bapak dan Ibu mencapai visi guru
penggerak. Bapak dan Ibu akan mempelajari bagaimana peran seorang
pemimpin pada sebuah institusi dalam menggerakkan dan memotivasi warga sekolah
agar memiliki, meyakini, dan menerapkan visi atau nilai-nilai kebajikan yang
disepakati, sehingga tercipta budaya positif yang berpihak pada murid.
Dalam
membangun budaya positif tersebut, kita akan meninjau lebih dalam tentang
strategi menumbuhkan lingkungan yang positif. Anda akan diajak melakukan
refleksi atas penerapan disiplin yang dilakukan selama ini di lingkungan Anda.
Bagaimanakah strategi Anda dalam praktik disiplin tersebut? Apakah
selama ini Anda sungguh-sungguh menjalankan disiplin, atau Anda melakukan
sebuah hukuman? Di mana kita menarik garis pembatas?
Modul
ini juga akan mengajak Anda untuk memikirkan kembali kebutuhan-kebutuhan dasar
yang sedang dibutuhkan seorang murid pada saat mereka berperilaku tidak pantas,
serta strategi apa yang perlu diterapkan yang berpihak pada murid. Selanjutnya
Anda akan mengeksplorasi suatu posisi dalam penerapan disiplin, yang dinamakan
‘Manajer’ serta bagaimana seorang ‘Manajer’ menjalankan pendekatan disiplin
yang dinamakan Restitusi. Di sini Anda akan mendalami bagaimana pendekatan
Restitusi fokus untuk mengembangkan motivasi intrinsik pada murid yang
selanjutnya dapat menumbuhkan murid-murid yang bertanggung jawab, mandiri, dan
merdeka.
Modul
1.4 ini pun selaras serta memiliki keterkaitan dengan Standar Nasional
Pendidikan khususnya di Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Pengelolaan
Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan Standar Proses. Dalam
rangka menciptakan budaya positif, penerapan disiplin positif dipraktikkan
untuk menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun,
jujur, peduli, dan bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
pemimpin sekolah hendaknya berjiwa kepemimpinan serta dapat mengembangkan
sekolah dengan baik yaitu dengan menciptakan lingkungan yang positif sehingga
terwujud suatu budaya positif. Demikian juga dengan warga sekolahnya; setiap
guru dan tenaga kependidikan memiliki kompetensi standar minimal di mana mereka
memiliki kesamaan visi serta nilai-nilai kebajikan yang dituju, serta berupaya
mewujudkannya dalam pembelajaran yang aplikatif yang mengupayakan pemberdayaan
murid agar dapat menjadi pemelajar sepanjang hayat.
Pada
akhirnya modul ini diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran, tempat
berproses, wadah untuk berdiskusi, dan menumbuhkan semangat untuk menggali dan
mengembangkan potensi anak-anak Indonesia yang berkarakter kuat, mandiri, dan
merdeka. Teruslah menjadi penggerak bagi guru, murid, serta segenap tatanan
komponen sekolah untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Selamat belajar!
Tim Instruktur Modul 1.4.
1.4.a.2.
Pendahuluan - Modul 1.4
Kompetensi
Lulusan yang Dituju
Modul
ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut:
- Guru Penggerak memahami
pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi
seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara
aman dan nyaman.
- Guru Penggerak mampu
menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan
mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan
nilai-nilai kebajikan universal
1.4.a.2. Pendahuluan - Modul 1.4
Capaian Pembelajaran Umum
Secara umum, capaian modul ini adalah:
- CGP mampu memahami konsep
pendidikan
menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan
konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
- CGP mampu melakukan
evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia
secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep
disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil
pelajar Pancasila.
- CGP mampu memahami
perannya sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan
konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
1.4.a.2. Pendahuluan - Modul 1.4
Capaian Pembelajaran Umum
Secara umum, capaian modul ini adalah:
- CGP mampu memahami konsep
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan
konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
- CGP mampu melakukan
evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia
secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep
disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil
pelajar Pancasila.
- CGP mampu memahami
perannya sebagai guru untuk membangun budaya positif
dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan
murid.
1.4.a.2.
Pendahuluan - Modul 1.4
Capaian
Pembelajaran Khusus
Setelah
menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi guru penggerak yang
mampu:
- Menjelaskan konsep budaya
positif yang berdasarkan pada konsep perubahan paradigma stimulus
respons ke teori kontrol serta nilai-nilai kebajikan universal
yang dijabarkan penerapannya pada modul ini.
- Menjelaskan konsep makna
disiplin, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar
manusia, Restitusi dengan 5 posisi kontrol guru serta segitiga restitusi
dan menerapkannya dalam ekosistem sekolah yang aman,
dan berpihak pada murid.
- Menyusun strategi-strategi aksi
nyata yang efektif dengan mewujudkan kolaborasi beserta seluruh pemangku
kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat
mengembangkan karakter murid.
- Menganalisis secara reflektif
dan kritis penerapan budaya positif di sekolah dan mengembangkannya sesuai
kebutuhan sosial dan murid.
Mulai dari Diri
CGP
mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat menciptakan
lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri,
dan bertanggung jawab, sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.
Eksplorasi Konsep
2.1 Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan Universal
CGP
dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William
Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat
menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
Berikutnya CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati
penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol. CGP juga diharapkan
dapat menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang
akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta
sebuah budaya positif.
2.2 Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
CGP
dapat menjelaskan konsep teori motivasi, hukuman dan penghargaan, dan
pendekatan restitusi. Selain itu, CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan
atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.
2.3 Keyakinan Kelas
CGP
dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi
dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam
memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas. CGP juga
dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke
keyakinan kelas.
2.4 Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
CGP
dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik
murid maupun guru. Selain itu, CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai
dengan nilai kebajikan. Berikutnya CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah
guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak
yang beragam.
2.5 Restitusi: 5 Posisi Kontrol
CGP
dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan
dampaknya untuk murid-muridnya. Berikutnya CGP dapat memahami dan menerapkan
disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan
murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.
2. 6 Restitusi: Segitiga Restitusi
CGP
menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada
murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Kemudian CGP dapat
menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi
murid merdeka. CGP juga diharapkan dapat menganalisis dengan sikap reflektif
dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya.
Ruang Kolaborasi
Dalam
kelompok, CGP akan menganalisis kasus-kasus yang tersedia dalam LMS berdasarkan
konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif. CGP akan mendiskusikan
strategi-strategi agar konsep-konsep dalam disiplin positif dapat menjadi
standar tindak lanjut kasus pelanggaran disiplin di sekolahnya. Mereka akan
mempresentasikan hasil analisisnya secara sinkronus, dan kelompok lain akan
menanggapi.
CGP mampu melakukan praktik segitiga restitusi
dengan murid di sekolahnya.
Setelah berdiskusi bersama instruktur, CGP
mendemonstrasikan pemahamannya secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti
dalam modul Budaya Positif.
CGP membuat keterkaitan konsep budaya positif
dengan materi pada sebelumnya yaitu modul 1.1, 1.2 dan 1.3 sehingga dapat mulai
menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk
mewujudkan budaya positif di sekolah.
CGP akan menyampaikan kepada para pemangku kepentingan di sekolahnya mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di sekolah masing-masing agar dapat menciptakan budaya positif. Diharapkan kegiatan ini akan membantu murid belajar dengan aman dan nyaman sehingga dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan, sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan utama pendidikan.
Isilah Daftar Hadir
untuk setiap aktivitas berikut:
- Eksplorasi Konsep - Forum
Diskusi
- Ruang Kolaborasi - vicon sesi 1
- Ruang Kolaborasi - vicon sesi 2
- Elaborasi Pemahaman - vicon
Sesuai rentang waktu
sesuai penjadwalan yang telah ditentukan.
Budaya positif
merupakan perwujudan nilai-nilai yang diterapkan di sekolah yang diawali dengan
perubahan paradigma tentang teori kontrol. Teori kontrol sendiri merupakan
perspektif yang membahas pengendalian tingkah laku manusia. Pada lingkungan
sekolah perlu dilakukan pembiasaan yang positif oleh seluruh warga sekolah,
pembiasaan ini membutuhkan peran guru sangat diperlukan untuk mengawasi,
membangun , mewujudkan, mengawal dengan disiplin. Budaya positif meliputi
sikap, tutur kata maupun tingkah laku yang idealnya dicontohkan guru terlebih
dahulu sebelum guru melaksanakan pendisiplinan di kalangan peserta didik.
Budaya positif
merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan yang diterapkan di
sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori
kontrol. kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar
memiliki perilaku sesuai yang guru harapkan Seorang guru memiliki peran untuk
membangun atau mewujudkan budaya positif di sekolah
1.4.a.3.
Mulai dari diri - Modul 1.4
Durasi: 2 JP
Jenis Kegiatan: Refleksi mandiri
Tujuan
Pembelajaran khusus:
Mengaktifkan
pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan
Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di
sekolah.
Mengamati
bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat menciptakan
lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri,
dan bertanggung jawab, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara.
Pengantar
Bapak dan Ibu calon guru penggerak,
Setelah
mempelajari modul 1.1, 1.2, dan 1.3, tentunya saat ini Anda sudah memahami
bahwa sebagai pendidik, Anda diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki
peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Anda akan
memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk
ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa,
“…kita ambil contoh perbandingannya dengan
hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan
seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya
padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi
pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan.
Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937)
Dari
uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah
tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan
yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik.
Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, murid
yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid akan mampu
menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya
terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari
lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi.
Dengan
demikian, salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan
suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung,
saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik;
dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga
sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan
membentuk sebuah budaya positif.
Cobalah
amati lingkungan sekolah Anda sendiri saat ini, bagaimana suasananya? Bagaimana
murid-murid saling berinteraksi, bagaimana guru saling bertegur sapa, bagaimana
guru menyapa murid, bagaimana guru menyelesaikan suatu permasalahan atau
konflik antar murid? Suasana atau budaya yang berkembang di sekolah Anda saat
ini, secara tidak langsung menjadi cermin dari tujuan mulia atau nilai-nilai
yang sekolah atau institusi Anda anut dan yakini selama ini. Untuk itulah
menciptakan lingkungan positif agar terbentuk suatu budaya positif adalah suatu
proses perjalanan pendidikan yang harus kita jalani, karena ini merupakan
tanggung jawab kita sebagai seorang pendidik, sebagai seorang pemimpin
pembelajaran. Suatu lingkungan yang aman dan nyaman akan memberikan murid
kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar, membuat kesalahan, belajar
lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran. Perlu diingat,
selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses
pembelajaran akan sulit terjadi. Dan salah satu tanggung jawab kita sebagai
pendidik adalah menghilangkan atau ‘mencabut’ gangguan-gangguan yang
menghalangi proses pengembangan potensi murid.
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Pertanyaan 1
Apa
pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan anda? menurut saya
sangatlah penting karena dengan suasana positif di lingkungan akan memberikan
kemudahan dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan, berpengaruh terhadap
perilaku positif karena didukung dengan situasi yang nyaman dan kondusif dan
bermuara berpihak pada murid
Pertanyaan 2
Sebagai seorang pendidik dan/atau pimpinan
sekolah, bagaimana Anda dapat menciptakan suasana positif di lingkungan Anda
selama ini?
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Pertanyaan 2
Sebagai seorang pendidik di
sekolah, Hal yang dapat saya lakukan untuk menciptakan suasana positif di
lingkungan adalah berusaha memberikan teladan kepada anak didik dalam bersikap
positif, berusaha berkomunikasi yang baik terhadap seluruh warga sekolah
termasuk komite dan pihak yang terkait dengan sekolah. Selalu mensyukuri atas
nikmat yang kita terima, selalu menghargai menghormati dan berkomunikasi dengan
baik, dengan menerima masukan orang lain.
Pertanyaan 3
Apakah hubungan antara menciptakan suasana
yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?
Hubungan antara menciptakan
suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid adalah
ketika semua warga sekolah dapat menciptkan suasana positif yang berpihak pada
murid, bertolak dari ini akan memberikan dorongan yang positif bagi siswa baik
dalam maupun diluar pembelajaran terkait dengan pembiasaan 5S., murid dapat
berekspresi, menyalurkan bakat dan minat, mengembangkan kreativitas, mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. murid merasa aman dan nyaman sehingga
pembelajaran bisa berjalan dengan baik.
Durasi: 2 JP
Jenis Kegiatan: Refleksi mandiri
Tujuan
Pembelajaran khusus:
Mengaktifkan
pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan
Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di
sekolah.
Mengamati
bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat menciptakan
lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri,
dan bertanggung jawab, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara.
Bagaimana penerapan disiplin saat ini di
sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang
menurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan?
Penerapan disiplin
disekolah saya saat ini sudah berjalan dengan baik. Sebagian sudah efektif dan
berdampak positif tetapi sebagian belum maksimal sehingga butuh kerjasama dan
komitmen dari semua pendidik dan warga sekolah. Yang perlu dikembangkan terkait
dengan disiplin membuang sampah. Perilaku disiplin di sekolah saya saat ini
sebetulnya sudah di terapkan hanya saja masih perlu di tingkatkan lagi dan ada
yang harus lebih di kembangkan lagi yaitu kedisiplinan dari para siswa yang ada
di sekolah.
Refleksi
Bapak
dan Ibu calon guru penggerak,
Selanjutnya
Anda dapat melakukan pengamatan dan refleksi terhadap bagaimana kita dapat
menciptakan sebuah budaya positif, dengan melakukan serangkaian kegiatan di
bawah ini:
1. Sediakan waktu khusus,
pejamkan mata, dibantu musik instrumental yang sesuai, kemudian bayangkan
sekolah impian Anda. Ingat kembali gambaran sekolah impian yang Anda tulis saat
mempelajari modul 1.3. Bagaimana suasana sekolahnya? Bagaimana sikap gurunya?
Bagaimana tutur kata guru? Bagaimana guru bersikap kepada murid-muridnya?
Bagaimana sikap murid-muridnya, bagaimana mereka saling berinteraksi, terhadap
Anda, sebagai pimpinan sekolah dan terhadap guru-guru yang lain?
2. Untuk mewujudkan sekolah
impian tersebut, bila Anda adalah seorang pemimpin di sekolah Anda,
bagaimana Anda akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif di sekolah
Anda? Apa strategi yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda akan menerapkan
disiplin positif, apa yang perlu kita lakukan terlebih dahulu? Tentunya, salah
satu hal yang paling penting adalah kita perlu menghilangkan rasa takut dalam
diri murid-murid sehingga mereka merasa aman dan nyaman berada di sekolah, dan
bahwa membuat kesalahan adalah suatu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya
dengan demikian, semua murid dapat belajar dengan rasa tenang, tanpa tekanan
dan nyaman.
Standar
Nasional Pendidikan: Lingkungan yang positif sangat diperlukan agar
pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpihak pada murid
sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan
Pasal 12 yaitu:
1)
Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b
diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
a. interaktif;
b. inspiratif;
c. menyenangkan;
d. menantang;
e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan
f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.
Saya membayangkan suasana
sekolah yang nyaman, sejuk, rindang, bersih aman. Lingkungan kerja yang
harmonis saling menghargai, menghormati, saling membantu dengan kepala sekolah,
teman sejawat, murid dan wali murid. murid yang religius, disiplin, selalu
membiasakan senyum salam sapa sopan dan santun. Guru-guru yang religius yang
selalu berpihak dengan murid, berbudaya dan berkarakter. Agar semua impian ini
terwujud, strategi yang dapat dijalankan adalah menjalankan visi guru penggerak
yang sejalan dengan visi sekolah dan bermuara berpihak pada murid dan
keterlibatan semua warga sekolah
Harapan untuk Diri Sendiri
Setelah Anda melaksanakan refleksi terkait
peran Anda dalam menciptakan budaya positif, isilah kolom harapan berikut ini:
Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda
lihat berkembang
pada diri Anda, sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang
memiliki pengaruh pada warga sekolah, terutama murid-murid Anda setelah
mempelajari modul ini?
Harapan yang ingin saya
lihat berkembang pada diri saya adalah dapat meningkatkan kompetensi,
berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, Guru yang bisa
menjadi contoh menerapkan ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani, sehingga hidup bermanfaat untuk orang disekitar kita menyayangi
murid seperti anak sendiri jika mereka 11 maka hati kita juga 11 artinya kita
mengerti apa yang menjadi keinginan anak didik.
Harapan pada Murid
Setelah Anda melaksanakan refleksi terkait
peran Anda dalam menciptakan budaya positif, isilah kolom harapan berikut ini:
Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda
lihat berkembang
pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Harapan terhadap murid-murid yang ingin saya lihat berkembang adalah mereka memiliki karakter dan tingkah laku sehari hari yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sesuai ajaran agama, berperilaku yang mengedepankan sopan santun
Ekspektasi
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda
harapkan ada dalam modul ini?
1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 1.4
Moda: Kegiatan
mandiri, Forum Diskusi
Durasi: 4
JP
Bapak/Ibu CGP, Eksplorasi konsep untuk Budaya positif terdiri
dari beberapa bagian yaitu.
2.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Tujuan
pembelajaran:
1. CGP
dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr.
William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta
dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
2. CGP
dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di
lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.
3. CGP
menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan
diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah
budaya positif.
2.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Tujuan
Pembelajaran:
1. CGP
dapat menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang
dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
2. CGP
dapat menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep
pendekatan restitusi.
3. CGP
dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep
tersebut di lingkungannya sendiri.
Tujuan Pembelajaran
Khusus:
1. CGP
dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi
dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam
memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.
2. CGP
dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke
keyakinan kelas.
3. CGP akan
dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali
nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka
masing-masing.
2.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Tujuan Pembelajaran
Khusus:
1. CGP
dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik
murid maupun guru
2. CGP
dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap
pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai
kebajikan
3. CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam
upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang
beragam.
2.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
Tujuan Pembelajaran
Khusus:
1. CGP
dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan
dampaknya untuk murid-muridnya.
2. CGP dapat menerapkan disiplin restitusi di
posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid
yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.
3. CGP dapat menganalisis secara kritis, reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan
dari mempelajari 5 posisi kontrol.
2.6. Restitusi - Segitiga Restitusi
Tujuan Pembelajaran
Khusus:
1. CGP
menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada
murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.
2. CGP
dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar
menjadi murid merdeka.
3. CGP
dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif
di lingkungannya.
Moda: Kegiatan mandiri, Forum Diskusi
Tujuan Pembelajaran Khusus
CGP dapat
menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser
serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat
menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
1.
CGP dapat
menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di
lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.
2.
CGP menjelaskan
pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan
disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya
positif.
Page 1
Pada pembelajaran
"Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal "dengan tujuan
pembelajaran khusus makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William
Glasser
NUNUNG FIKA
HERAWATI EFENDI noted
on Tujuan
Pembelajaran Khusus
1. Apa makna ‘kontrol’ dari
paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di
kehidupan sehari-hari?
2. Bagaiman penjelasan
perubahan paradigma stimulus respon kepada teori control, makna Disiplin
Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungan?
3. Bagaimana kaitan Teori
Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia?
4. Apa pentingnya memilih dan
menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh
warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif?
Saya
ingin pemahaman lebih lanjut tentang makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol
Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, penjelasan
perubahan paradigma stimulus respon kepada teori control, makna Disiplin
Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungan,kaitan Teori Kontrol dengan 3
Motivasi Perilaku Manusia serta pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai
kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga
kelak tercipta sebuah budaya positif.
Cobalah
Buka!Anda
dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Anda
adalah A , tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba
Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam
kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda
karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda. Tugas B (rekan
Anda), adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda.
Teman Anda B boleh membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi,
menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia membuka
kepalan tangan Anda. Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di
atas dengan B secara bergantian, masing-masing A dan B memiliki waktu 30
detik saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali
dengan rekan Anda B. Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama. Bilamana
berbeda, kira-kira mengapa?
1. Apakah Anda atau B membuka
kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B membuka kepalan tangan
Anda?
2. Apakah Anda atau B menutup
kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B tetap menutup kepalan
tangan Anda?
3. Dalam kegiatan ini,
sesungguhnya siapa yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau
menutup kepalan tangan?
1.
saya akan membukanya alasan saya membukanya meskipun itu peting dalam kehidupan
saya karna saya melihat usaha keras perjuangan yang di lakukan teman B,mungkin
dia jauh lebih membutuhkanya 2. saya akan menutupnya kembali dan tetap
mempertahankanya karena yang sebagian itu adalah sebuah prisip atau komitmen.
3.Yang memenggang kontrol memuka dan menutup tangan saya adalah diri saya
sendiri.
Tanggapan
Reflektif
Kemungkinan
jawaban kita terhadap:
1. Pertanyaan-pertanyaan
pertama dan kedua bervariasi, antara yang bersedia membuka, dan yang tetap
bertahan menutup kepalan tangannya.
2. Pertanyaan ketiga,
siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau
yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya?
Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita,
apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri
kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu.
ya
saya sependapat bahwa siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup
kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan
tangan rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan
tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu
bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita
saat itu
NUNUNG FIKA
HERAWATI EFENDI respond:
ya
saya sependapat bahwa yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan
tangan ataupun yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan
rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita,
apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri
kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu
Edit Remove Reply Like (0)Saturday, 30 September
2023, 12:39 AMya
saya sependapat bahwa siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup
kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan
tangan rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan
tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu
bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita
saat itu
NUNUNG FIKA
HERAWATI EFENDI noted
on Tanggapan
Reflektif
Pemegang
kontrol seseorang adalah dirinya sendiri
Teori Kontrol (Dr. William Glasser)
Selanjutnya
psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control
Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice
Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.
- Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. - Ilusi bahwa semua penguatan positif
efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha. - Ilusi bahwa kritik dan membuat
orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan negatif. - Ilusi bahwa orang dewasa memiliki
hak untuk memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.
Disiplin
positif perlu dilakukan di sekolah agar dapat menjadi individu yang baik. Hal
yang perlu dilakukan sekolah dalam penerapan disiplin positif adalah melibatkan
siswa dalam penyusunan disiplin tersebut, membuat kesepakatan melalui diskusi. Murid
melakukan kesepakatan tentang tata tertib atau disiplin positif itu dengan
kesadarannya sendiri tanpa rasa terpaksa dan murid yang memegang kendali
kontrol atas dirinya sedangkan ilusi merupakan kondisi yang terjadi akibat
salah persepsi. Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari
berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang
makna ‘kontrol’.karena menurut beliau persepsi inilah yang akan mempengaruhi
tingkah laku seseorang
Bagaimana
seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori
Kontrol? (Stephen R. Covey)
Bagaimana seseorang bisa berubah dari
paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered
Leadership, 1991) mengatakan bahwa,
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”
Page 1
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tujuan Pembelajaran Khusus
Saya
ingin pemahaman lebih lanjut tentang makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol
Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari,
penjelasan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori control, makna
Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungan,kaitan Teori Kontrol
dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia serta pentingnya memilih dan menentukan
nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah,
sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
Page 2
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Cobalah Buka!
1.
saya akan membukanya karena menurut saya membukanya meskipun itu peting dalam
kehidupan saya karena saya memaknai perjuangan yang di lakukan teman B,mungkin
dia jauh lebih membutuhkan dari pada saya 2. saya akan menutupnya kembali dan
tetap mempertahankanya karena yang sebagian itu adalah sebuah prisip atau
komitmen. 3.Dalam kegiatan ini yang memenggang kendali/kontrol membuka dan
menutup kepalan tangan saya adalah diri saya sendiri.
Page
3
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI respond:
ya
saya sependapat bahwa yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan
tangan ataupun yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan
rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita,
apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri
kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu
Page 4
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Teori Kontrol (Dr. William
Glasser)
Disiplin
positif perlu dilakukan di sekolah agar dapat menjadi individu yang baik. Hal
yang perlu dilakukan sekolah dalam penerapan disiplin positif adalah melibatkan
siswa dalam penyusunan disiplin tersebut, membuat kesepakatan melalui diskusi.
Murid melakukan kesepakatan tentang tata tertib atau disiplin positif itu
dengan kesadarannya sendiri tanpa rasa terpaksa dan murid yang memegang kendali
kontrol atas dirinya sedangkan ilusi merupakan kondisi yang terjadi akibat
salah persepsi. Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari
berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang
makna ‘kontrol’.karena menurut beliau persepsi inilah yang akan mempengaruhi
tingkah laku seseorang
Page 5
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Bagaimana seseorang bisa
berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol?
(Stephen R. Covey)
Terdapat
perbedaan antara teori stimulus respon dengan teori kontrol. Dalam Stimulus
Respon seolah orang lain dapat kita kontrol, dapat kita kendalikan, sehingga
kita dapat merubah seseorang menjadi apa yang kita inginkan. Tetapi pada Teori
kontrol sangat bertolak belakang, sesuatu yang sedang kita kontrol sebetulnya
tidak dapat kita kendalikan, karena yang dapat mengontrol adalah dirinya
sendiri, bukan orang lain. Setiap orang berperilaku memiliki tujuannya sendiri.
Kita harus memiliki pola pikir yang lebih tertata agar kita mampu berusaha
memahami pandangan orang lain tentang dunia. KItapun harus memahami jika orang
lain berbeda pandangan dengan kita, tidak memaksakan pandangan kita kepada
orang lain.
Page 6
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Makna Disiplin
Disiplin
itu berawal dari diri sendiri. Jika kita menyadari apa manfaat disiplin bagi
diri, bagi lingkungan sekitar dan bagi masa depan. Apabila kita tidak mampu
mendisiplinkan diri kita sendiri maka butuh orang lain sebagai motivator untuk
menanamkan kedisiplinan. Karena sikap disiplin sangat berguna bagi masa depan murid.
Disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang. Disiplin yang kita
terapkan kepada murid, maka harus diawali dari diri kita sebagai pendidik
dengan menciptakan perilaku disiplin dalam setiap hal . Menjadikan murid
displin tidak semudah yang kita banyangkan, akan tetapi membutuhkan proses dan
waktu yang cukup agar kedisiplinan menjadi suatu bentuk kesadaran yang muncul
dari setiap pribadi seseorang
Page 7
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Makna Kata Disiplin
Seseorang
yang memiliki disiplin diri artinya dapat bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya dan mendasarkan tindakan pada nilai-nilai kebajikan secara
menyeluruh.
Page 8
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Nilai-nilai Kebajikan
Suatu
bentuk perbuatan kontrol diri kata lain dari disiplin, yaitu belajar untuk
mengontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia yaitu nilai-nilai
kebajikan yang merupakan sifat-sifat positif manusia. Nilai-nilai kebajikan itu
tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. nilai-nilai kebajikan adalah
salah satu motivasi instrinsik. Maksudnya seseorang yang berperilaku disiplin
akan mendapatkan nilai-nilai kebajikan yang merupakan tujuan mulia setiap
individu. Nilai-nilai kebajikan yang harus ada pada diri guru penggerak sudah
seharusnya diterapkan, dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan tersebut sebagai
pendidik akan mendapatkan motivasi internal untuk terus berdisiplin dalam
segala bentuk kebajikan.Pada akhirnya pendidik dan siswa sama-sama memiliki
nilai-nilai kebajikan dengan menerapkan Profil Pelajar Pancasila.
Page 9
NUNUNG
FIKA HERAWATI EFENDI noted on Nilai-nilai Kebajikan dari
enam institusi/organisasi
Beriman,
bertaqwa kepada Tuhan Berakhlak Mulia menjadi pondasi harus dikuatkan sebelum
memperkuat dimensi lain dalam Profil Pelajar Pancasila. Untuk mewujudkan nilai
nilai di atas kita bisa menuangkannya dalam kegiatan di kelas yaitu melalui
pembiasaan dan pembuatan kesepatan kelas yang bisa dijadikan control, pedoman
bersama di dalam ruang kelas dan sekolah
Page 10
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.1 (1)
Keinginan
saya ikut CGP adalah berprinsip belajar sepanjang hayat, karena sebagai seorang
guru kita wajib meningkatkan kompetensi diri kita sendiri. dengan harapan bisa
membawa perubahan positif pada diri saya dan lingkungan sekolah. Belajar pada
program guru penggerak ini juga bermanfaat untuk diterapkan dilingkungan
keluarga khususnya dalam mendidik berpihak pada murid.
Page 11
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas
2.1 (2)
Motivasi
hadir pada pelatihan adalah sebagai bentuk pengembangan diri, melalui kegiatan
ini kita menambah ilmu,kemampuan dan kompetensi dalam dunia pendidikan. Hal
tersebut mampu mengembalikan semangat dalam mengajar. Di mana saja kapan saja
sebagai manusia kita harus tetap belajar sepanjang hayat,
Page
12
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.1 (3)
Saya
akan selalu berusaha datang tepat waktu karena amanah, cerminan kesadaran diri
untuk saya jalankan dengan penuh rasa tanggung jawab dan saya harus bisa
menjadi contoh bagi peserta didik. Ing Ngarso Sung Tulodho.
Page
13
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.1 (4)
Cognitive
Motives (Motif Kognitif) hal menunjukkan adanya gejala intrinsik , ketertarikan
terhadap sesuatu demi kepuasan individu. Dimana seorang murid memiliki
ketertarikan dalam belajar jika ada sesuatu yang menarik dan membuat murid
senang. Bisa dengan permainan, reward untuk memotivasi, pujian, serta
pembelajaran yang menarik dari guru yang ramah murah senyum dan membuat murid
merasakan kenyamanan, kepuasan.
Page
14
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.1 (5)
Strategi
yang saya terapkan adalah dengan memberikan teladan perilaku positif disekolah
serta membuat kesepakatan kelas yang dilaksanan bersama-sama. Membuat suasana
kelas yang menyenangkan, disiplin, tertib dan nyaman.
Page
15
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.1 (6)
Nilai-nilai
kebajikan yang selalu saya tanamkan pada murid saya yang paling utama yaitu
Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran, disiplin, tanggung jawab,
gotong royong, saling menghargai diri sendiri, sesama, membuang sampah pada
tempatnya peduli lingkungan dan keseluruhan dimensi dalam Profil Pelajar
Pancasila.
Page
16
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Penutup
Alhamdulillah..
Dalam menciptakan lingkungan yang positif tidak bisa seorang diri, tetapi harus
ada kerjasama dari setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling
mendukung, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama
1.4.a.4.2.
Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Page
1
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tujuan Pembelajaran
Semoga
tujuan pembelajaran bisa tercapai dalam memahami Teori Motivasi dan Motivasi
Intrinsik, konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi.
Meskipun sudah malam tapi tetap semangat. Bismillah.
Page
2
3
Motivasi Perilaku Manusia
Bapak Ibu calon guru penggerak,
Mari kita tanyakan ke diri kita
sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah
kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada
dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari
rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk
mendapatkan apa yang kita mau.
Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda
melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat
hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira alasan orang melakukan
sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita
baca artikel ini:
Diane Gossen dalam bukunya
Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:
- Untuk menghindari
ketidaknyamanan atau hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal. - Untuk mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal. - Untuk menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda
sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan
penghargaan dari orang lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal
anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial,
bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan
dan anda lindungi? Saat itu, anda sedang menjadi orang yang seperti apa?
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on 3 Motivasi Perilaku
Manusia
Selama
ini belum pernah mengalami kejadian yang terjadi dalam diri yang menyakitkan.
Kalau menyedihkan iya ketika saya dihadapkan dengan keluarga yang sakit, harus
montang manting urus keluarga dan tetap mengajar karena memiliki tanggung jawab
megang kelas saat pengambilan rapot yang bersamaan dengan pembagian rapot di
empat tempat yang berbeda, Pendekatan Disiplin Positif menitikberatkan
pendekatan yang positif tanpa kekerasan, memotivasi, merefleksi kesalahan,
menghargai, membangun logika, dan bersifat jangka panjang
Page
3
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.2 (1)
Pada
awalnya hanya mengikuti arahan atasan bahkan daftar ditunggui oleh bu pengawas
disuport oleh ibu Kepala Sekolah, dengan berjalannya waktu , saya mendapat
banyak ilmu dan keterampilan yang dapat merubah sikap saya, cara pandang saya
menjadi lebih baik untuk menjadi seorang pendidik dengan nilai-nilai yang ada
pada seorang guru penggerak. Bismillah.
Page
4
Tugas 2.2 (2)
Selanjutnya,
Sebagai seorang
guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang
mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin
ditegur oleh atasan Anda dan kemudian mendapat surat peringatan
(menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian
dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan atau guru
berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda
ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai
teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru
akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri).
Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan
kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.2 (2)
Saya
datang tepat waktu,karena dari kecil saya dididik orang tua bahwa disiplin itu
kebutuhan saya sendiri untuk diri saya sendiri dan sekolah saya bersebelahan
dengan korwil karangpandan. Khawatir ditegur maupun ancaman apapun yang
memotivasi saya untuk datang tepat waktu. Karena saya memiliki kecenderungan
untuk 'lebih takut dengan ancaman, daripada 'mendapatkan penghargaan', , untuk
lebih menghargai diri sendiri karena saya tentunya menjadi sorotan bagi
murid-murid tentang hal ini.Keyakinan akan nilai serta kesadaran untuk
menghargai diri sendiri sebagai teladan ini penting agar apa yang saya lakukan
dapat saya terapkan secara terus menerus.
Page
4
Tugas 2.2 (3)
Selanjutnya,
Bila di sekolah Anda
tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada
surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji
Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid
Anda? Jelaskan alasan Anda.
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.2 (3)
Datang
tepat waktu merupakan wujud disiplin diri bagi saya. Saya sebagai seorang guru
haruslah memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, karena semua kelak
akan dipertanggungjawabkan. Jadi meskipun ada penghargaan atau tidak, pujian
atau tidak, tetap nilai tersebut akan saya lakukan dengan sepenuhnya karena
memang tujuan utama saya bukan untuk itu dan saya merasa disiplin adalah bagian
dari diri saya.
Page
5
Menurut Anda, dari ketiga
jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari
perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.2 (4)
Menurut
saya motivasi yang paling mendasari perilaku anak-anak kelas 1 di sekolah saya
adalah motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang Motivasi
ini juga bersifat eksternal. Anak-anak kelas 1 akan lebih bersemangat untuk
mengeksplore kemampuan mereka jika kita sebagai guru bisa memberikan
penghargaan reward atas apa yang mereka kerjakan. Reward tidak harus berupa
barang, tetapi bisa dengan verbal ucapan sanjungan pintar, keren, hebat atau
dengan gerakan misalnya tepuk tangan jempol. Saat anak mendapatkan semua itu,
akan terasa dan ekspresi kebahagiaan dari anak-anak.
Page
6
Strategi apa yang selama
ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid anda,
bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas
2.2 (5)
Strateginya
dengan memberikan contoh secra langsung melalui sikap,perilaku dan tindakan
kita sehari-hari di sekolah, karena anak cenderung senang meniru apa yang
dilakukan gurunya. Karena memerintah atau menyuruh tanpa contoh nyata tidak
akan efektif untuk merubah perilaku seseorang apalagi anak kelas bawah
Page
7
Tugas 2.2 (4)
Selanjutnya,
Menurut Anda, dari
ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak
mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.2 (4)
Menurut
saya motivasi yang paling mendasari perilaku anak-anak kelas 1 di sekolah saya
adalah motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang Motivasi
ini juga bersifat eksternal. Anak-anak kelas 1 akan lebih bersemangat untuk
mengeksplore kemampuan mereka jika kita sebagai guru bisa memberikan
penghargaan reward atas apa yang mereka kerjakan. Reward tidak harus berupa
barang, tetapi bisa dengan verbal ucapan sanjungan pintar, keren, hebat atau dengan
gerakan misalnya tepuk tangan jempol. Saat anak mendapatkan semua itu, akan
terasa dan ekspresi kebahagiaan dari anak-anak.
Page
8
Tugas 2.2 (6)
Selanjutnya,
Nilai-nilai
kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di kelas dan
sekolah Anda?
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas 2.2 (6)
Nilai-nilai
kebajikan yang saya usahakan untuk ditanamkan pada murid selama proses
pembelajaran dengan disiplin diri dalam mengumpulkan tugas, piket, saling
menghargai Nilai kebajikan yang berusaha saya tanamkan menghormati, mengasihi,
empati, jujur, berbagi, gotong royong, bertanggung jawab, mandiri peduli
lingkungan sesuai profil pelajar pancasila dan pembiasaan 5S
Page
9
Pertanyaan
Reflektif
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan
cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan:
Iva kurang menguasai
pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia
lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru
Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak
sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat
berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara
tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman
Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva
untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena
tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun
tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.
Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2
tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
- Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
- Menurut Anda, tindakan Pak Seno
terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau konsekuensi? Mengapa
NUNUNG
FIKA HERAWATI EFENDI noted on Pertanyaan Reflektif
1.Saya kurang setuju
dengan tindakan pak Seno karena hal tersebut dapat menjadi penghukum sekaligus
pembuat merasa bersalah bagi Iva. 2.Meminta Iva berdiri di depan kelas dengan
memegang hidung merupakan sebuah hukuman karena tidak dapat menjawab pertanyaan
pak Seno.
Page
10
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah, bilamana ada suatu
pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau
ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan kelas/sekolah kita selama
ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau
konsekuensi. Dalam modul ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang
dinamakan Restitusi.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid
untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan
proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah
mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka
inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen,
1996).
Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang penerapan
Restitusi, kita perlu bertanya dahulu, adakah perbedaan antara hukuman dan
konsekuensi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana
perbedaannya? Di bawah ini Anda akan diberikan suatu gambaran perbedaan antara
Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi itu sendiri.
Bila kita melihat bagan di bawah ini, kata disiplin tanpa
tambahan kata ‘positif’ di belakangnya, sesungguhnya sudah merupakan identitas
sukses dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin yang sudah bermakna
positif terbagi dua bagian yaitu Disiplin dalam bentuk Konsekuensi, dan
Disiplin dalam bentuk Restitusi, yang selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih
rinci di pembelajaran 2.2 dan 2.6.
Berdasarkan bagan
diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau
tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak
dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan
murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau
pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang
diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu
perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin
dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas
dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat
oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi
yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat
tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan
berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali
tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid
melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka
murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas
karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah
diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid.
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Hukuman, Konsekuensi dan
Restitusi
Hukuman
adalah cara untuk melakukan pengarahan agar tingkah laku bisa sesuai dengan
perilaku secara umum. Seseorang akan patuh karena takut mendapat hukuman saat
melakukan pelanggaran-pelanggaran. Konsekuensi akan memberikan akibat dari
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan di lingkungan tertentu.
Restitusi akan memberikan kepada orang yang melakukan pelanggaran untuk
menyelesaikan masalahnya.
Page
11
Tugas Mandiri
Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi,
maka isilah bagan di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan
tindakan yang dinyatakan di kolom sisi kiri, apakah tindakan tersebut berupa
sebuah hukuman, konsekuensi?
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tugas Mandiri
Dengan
menjawab pertanyaan tersebut diatas menajdi refleksi bagi saya bagaimana
langkah dalam memperlakukan murid ketika mereka melakukan kesalahan.
Page
12
Pertanyaan
Reflektif
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan:
Ibu Anas guru kelas
2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di
depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam
istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas
tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya
untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan
stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu
Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang
dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di depan pintu, dapat bintang dari
Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan
langsung berdiri rapi di depan pintu agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini
terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat
murid-muridnya berdiri rapi antri di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu
Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang
stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat
murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. Apa yang terjadi, mengapa?
Jawablah ketiga
pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
1.
Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari
pada pembelajaran sebelumnya,
kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum
masuk kelas?
2.
Adakah cara lain agar murid-murid
kelas 2 bersedia antri di depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang?
Jelaskan.
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Pertanyaan Reflektif
1.
Motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas
adalah motivasi untuk mendapatkan imbalan aau penghargaan dari orang lain
karena mereka ingin mendapatkan stiker bintang dari Ibu Anas. 2. Ada cara lain
agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas adalah dengan cara
diajak permainan kereta api atau ular naga untuk melatih sikap antri kepada
murid-murid kelas 2, karena di usia anak kelas 2 SD pesan disiplin antri akan
lebih dapat di terima kalau dilakukan melalui permainan, lagu,
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar