Sabtu, 14 Oktober 2023

PENDAHULUAN MODUL 1.4

 

 Pendahuluan 

Modul budaya disiplin sekolah diharapkan menjadi kontrol penuh pada diri, serta tatanan komponen sekolah,

Surat dari Instruktur

Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak

Sekarang Anda berada pada modul ‘Budaya Positif’. Kami yakin Bapak/Ibu yang telah bertahun-tahun mengajar, mendampingi murid-murid tumbuh dan berkembang, menyadari bahwa budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan anak-anak yang memiliki karakter yang kuat, sesuai profil pelajar Pancasila. 

Kita telah belajar bersama tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai peran guru penggerak dan visi guru penggerak. Dalam modul ini Bapak dan Ibu akan memahami pentingnya membangun budaya positif di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid untuk membantu Bapak dan Ibu mencapai visi guru penggerak.  Bapak dan Ibu akan mempelajari bagaimana peran seorang pemimpin pada sebuah institusi dalam menggerakkan dan memotivasi warga sekolah agar memiliki, meyakini, dan menerapkan visi atau nilai-nilai kebajikan yang disepakati, sehingga tercipta budaya positif yang berpihak pada murid.

Dalam membangun budaya positif tersebut, kita akan meninjau lebih dalam tentang strategi menumbuhkan lingkungan yang positif. Anda akan diajak melakukan refleksi atas penerapan disiplin yang dilakukan selama ini di lingkungan Anda. Bagaimanakah strategi Anda  dalam praktik disiplin tersebut? Apakah selama ini Anda sungguh-sungguh menjalankan disiplin, atau Anda melakukan sebuah hukuman? Di mana kita menarik garis pembatas? 

Modul ini juga akan mengajak Anda untuk memikirkan kembali kebutuhan-kebutuhan dasar yang sedang dibutuhkan seorang murid pada saat mereka berperilaku tidak pantas, serta strategi apa yang perlu diterapkan yang berpihak pada murid. Selanjutnya Anda akan mengeksplorasi suatu posisi dalam penerapan disiplin, yang dinamakan ‘Manajer’ serta bagaimana seorang ‘Manajer’ menjalankan pendekatan disiplin yang dinamakan Restitusi. Di sini Anda akan mendalami bagaimana pendekatan Restitusi fokus untuk mengembangkan motivasi intrinsik pada murid yang selanjutnya dapat menumbuhkan murid-murid yang bertanggung jawab, mandiri, dan merdeka. 

Modul 1.4 ini pun selaras serta memiliki keterkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan khususnya di Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Pengelolaan Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan Standar Proses. Dalam rangka menciptakan budaya positif, penerapan disiplin positif dipraktikkan untuk menghasilkan murid-murid  yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, dan bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin sekolah hendaknya berjiwa kepemimpinan serta dapat mengembangkan sekolah dengan baik yaitu dengan menciptakan lingkungan yang positif sehingga terwujud suatu budaya positif. Demikian juga dengan warga sekolahnya; setiap guru dan tenaga kependidikan memiliki kompetensi standar minimal di mana mereka memiliki kesamaan visi serta nilai-nilai kebajikan yang dituju, serta berupaya mewujudkannya dalam pembelajaran yang aplikatif yang mengupayakan pemberdayaan murid agar dapat menjadi pemelajar sepanjang hayat. 

Pada akhirnya modul ini diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran, tempat berproses, wadah untuk berdiskusi, dan menumbuhkan semangat untuk menggali dan mengembangkan potensi anak-anak Indonesia yang berkarakter kuat, mandiri, dan merdeka. Teruslah menjadi penggerak bagi guru, murid, serta segenap tatanan komponen sekolah untuk memajukan pendidikan di Indonesia.  

Selamat belajar! 

Tim Instruktur Modul 1.4.

1.4.a.2. Pendahuluan - Modul 1.4

Kompetensi Lulusan yang Dituju

Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut:

  • Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman.
  • Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal

1.4.a.2. Pendahuluan - Modul 1.4

Capaian Pembelajaran Umum

Secara umum, capaian modul ini adalah:

    • CGP mampu memahami konsep pendidikan menurut  Ki  Hajar  Dewantara  dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
    • CGP mampu melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
    • CGP mampu memahami perannya sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.

Top of Form

1.4.a.2. Pendahuluan - Modul 1.4

Capaian Pembelajaran Umum

Secara umum, capaian modul ini adalah:

    • CGP mampu memahami konsep pendidikan menurut  Ki  Hajar  Dewantara  dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
    • CGP mampu melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
    • CGP mampu memahami perannya sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.

Top of Form

1.4.a.2. Pendahuluan - Modul 1.4

Capaian Pembelajaran Khusus

Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi guru penggerak yang mampu:

  • Menjelaskan konsep budaya positif yang berdasarkan pada konsep perubahan paradigma stimulus respons  ke teori kontrol serta nilai-nilai kebajikan universal yang dijabarkan penerapannya pada modul ini. 
  • Menjelaskan konsep makna disiplin, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar manusia, Restitusi dengan 5 posisi kontrol guru serta segitiga restitusi dan menerapkannya dalam  ekosistem sekolah yang  aman, dan berpihak pada murid. 
  • Menyusun strategi-strategi aksi nyata yang efektif dengan mewujudkan kolaborasi beserta seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang  dapat mengembangkan karakter murid.
  • Menganalisis secara reflektif dan kritis penerapan budaya positif di sekolah dan mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid.

Top of Form

Mulai dari Diri

CGP mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Eksplorasi Konsep

2.1 Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan Universal

CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol. Berikutnya CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol. CGP juga diharapkan dapat menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.

2.2 Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

CGP dapat menjelaskan konsep teori motivasi, hukuman dan penghargaan, dan pendekatan restitusi. Selain itu, CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.

2.3 Keyakinan Kelas

CGP dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas. CGP juga dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas.

2.4  Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

CGP dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru. Selain itu, CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan. Berikutnya CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.

2.5   Restitusi: 5 Posisi Kontrol

CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya. Berikutnya CGP dapat memahami dan menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.

2. 6   Restitusi: Segitiga Restitusi

CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Kemudian CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka. CGP juga diharapkan dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya.

Ruang Kolaborasi

Dalam kelompok, CGP akan menganalisis kasus-kasus yang tersedia dalam LMS berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.  CGP akan mendiskusikan strategi-strategi agar konsep-konsep dalam disiplin positif dapat menjadi standar tindak lanjut kasus pelanggaran disiplin di sekolahnya. Mereka akan mempresentasikan hasil analisisnya secara sinkronus, dan kelompok lain akan menanggapi.

CGP mampu melakukan praktik segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya.

Setelah berdiskusi bersama instruktur, CGP mendemonstrasikan pemahamannya secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.

CGP membuat keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada sebelumnya yaitu modul 1.1, 1.2 dan 1.3 sehingga dapat mulai menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.

CGP akan menyampaikan kepada para pemangku kepentingan di sekolahnya mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di sekolah masing-masing agar dapat menciptakan budaya positif. Diharapkan kegiatan ini akan membantu murid belajar dengan aman dan nyaman sehingga dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan, sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan utama pendidikan. 

 Daftar Hadir CGP - Modul 1.4

Isilah Daftar Hadir untuk setiap aktivitas berikut:

  1. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
  2. Ruang Kolaborasi - vicon sesi 1
  3. Ruang Kolaborasi - vicon sesi 2
  4. Elaborasi Pemahaman - vicon

Sesuai rentang waktu sesuai penjadwalan yang telah ditentukan.

Budaya positif merupakan perwujudan nilai-nilai yang diterapkan di sekolah yang diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Teori kontrol sendiri merupakan perspektif yang membahas pengendalian tingkah laku manusia. Pada lingkungan sekolah perlu dilakukan pembiasaan yang positif oleh seluruh warga sekolah, pembiasaan ini membutuhkan peran guru sangat diperlukan untuk mengawasi, membangun , mewujudkan, mengawal dengan disiplin. Budaya positif meliputi sikap, tutur kata maupun tingkah laku yang idealnya dicontohkan guru terlebih dahulu sebelum guru melaksanakan pendisiplinan di kalangan peserta didik.

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar memiliki perilaku sesuai yang guru harapkan Seorang guru memiliki peran untuk membangun atau mewujudkan budaya positif di sekolah

1.4.a.3. Mulai dari diri - Modul 1.4

Durasi: 2 JP
Jenis Kegiatan: Refleksi mandiri

Tujuan Pembelajaran khusus:

Mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di sekolah. 

Mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Pengantar

Bapak dan Ibu calon guru penggerak,

Setelah mempelajari modul 1.1, 1.2, dan 1.3, tentunya saat ini Anda sudah memahami bahwa sebagai pendidik, Anda diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur.  Anda akan memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa,

“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937)

Dari uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian,  karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi.

Dengan demikian, salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Cobalah amati lingkungan sekolah Anda sendiri saat ini, bagaimana suasananya? Bagaimana murid-murid saling berinteraksi, bagaimana guru saling bertegur sapa, bagaimana guru menyapa murid, bagaimana guru menyelesaikan suatu permasalahan atau konflik antar murid? Suasana atau budaya yang berkembang di sekolah Anda saat ini, secara tidak langsung menjadi cermin dari tujuan mulia atau nilai-nilai yang sekolah atau institusi Anda anut dan yakini selama ini. Untuk itulah menciptakan lingkungan positif agar terbentuk suatu budaya positif adalah suatu proses perjalanan pendidikan yang harus kita jalani, karena ini merupakan tanggung jawab kita sebagai seorang pendidik, sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Suatu lingkungan yang aman dan nyaman akan memberikan murid kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar, membuat kesalahan, belajar lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran. Perlu diingat, selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi. Dan salah satu tanggung jawab kita sebagai pendidik adalah menghilangkan atau ‘mencabut’ gangguan-gangguan yang menghalangi proses pengembangan potensi murid.


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Pertanyaan 1

Apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan anda? menurut saya sangatlah penting karena dengan suasana positif di lingkungan akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan, berpengaruh terhadap perilaku positif karena didukung dengan situasi yang nyaman dan kondusif dan bermuara berpihak pada murid

Pertanyaan 2

Sebagai seorang pendidik dan/atau pimpinan sekolah, bagaimana Anda dapat menciptakan suasana positif di lingkungan Anda selama ini?


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Pertanyaan 2

Sebagai seorang pendidik di sekolah, Hal yang dapat saya lakukan untuk menciptakan suasana positif di lingkungan adalah berusaha memberikan teladan kepada anak didik dalam bersikap positif, berusaha berkomunikasi yang baik terhadap seluruh warga sekolah termasuk komite dan pihak yang terkait dengan sekolah. Selalu mensyukuri atas nikmat yang kita terima, selalu menghargai menghormati dan berkomunikasi dengan baik, dengan menerima masukan orang lain.

 

Pertanyaan 3

Apakah hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?

 

Hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid adalah ketika semua warga sekolah dapat menciptkan suasana positif yang berpihak pada murid, bertolak dari ini akan memberikan dorongan yang positif bagi siswa baik dalam maupun diluar pembelajaran terkait dengan pembiasaan 5S., murid dapat berekspresi, menyalurkan bakat dan minat, mengembangkan kreativitas, mengikuti proses pembelajaran dengan baik. murid merasa aman dan nyaman sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan baik.

Durasi: 2 JP
Jenis Kegiatan: Refleksi mandiri

Tujuan Pembelajaran khusus:

Mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di sekolah. 

Mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang menurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan?

Penerapan disiplin disekolah saya saat ini sudah berjalan dengan baik. Sebagian sudah efektif dan berdampak positif tetapi sebagian belum maksimal sehingga butuh kerjasama dan komitmen dari semua pendidik dan warga sekolah. Yang perlu dikembangkan terkait dengan disiplin membuang sampah. Perilaku disiplin di sekolah saya saat ini sebetulnya sudah di terapkan hanya saja masih perlu di tingkatkan lagi dan ada yang harus lebih di kembangkan lagi yaitu kedisiplinan dari para siswa yang ada di sekolah.

Refleksi

Bapak dan Ibu calon guru penggerak, 

Selanjutnya Anda dapat melakukan pengamatan dan refleksi terhadap bagaimana kita dapat menciptakan sebuah budaya positif, dengan melakukan serangkaian kegiatan di bawah ini:

1.    Sediakan waktu khusus, pejamkan mata, dibantu musik instrumental yang sesuai, kemudian bayangkan sekolah impian Anda. Ingat kembali gambaran sekolah impian yang Anda tulis saat mempelajari modul 1.3. Bagaimana suasana sekolahnya? Bagaimana sikap gurunya? Bagaimana tutur kata guru? Bagaimana guru bersikap kepada murid-muridnya? Bagaimana sikap murid-muridnya, bagaimana mereka saling berinteraksi, terhadap Anda, sebagai pimpinan sekolah dan terhadap guru-guru yang lain? 

2.    Untuk mewujudkan sekolah impian tersebut, bila Anda adalah seorang pemimpin di sekolah Anda,  bagaimana Anda akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif di sekolah Anda?  Apa strategi yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda akan menerapkan disiplin positif, apa yang perlu kita lakukan terlebih dahulu? Tentunya, salah satu hal yang paling penting adalah kita perlu menghilangkan rasa takut dalam diri murid-murid sehingga mereka merasa aman dan nyaman berada di sekolah, dan bahwa membuat kesalahan adalah suatu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya dengan demikian, semua murid dapat belajar dengan rasa tenang, tanpa tekanan dan nyaman.

Standar Nasional Pendidikan: Lingkungan yang positif sangat diperlukan agar pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: 

1) Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
a. interaktif;
b. inspiratif;
c. menyenangkan;
d. menantang;
e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan
f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

 

Saya membayangkan suasana sekolah yang nyaman, sejuk, rindang, bersih aman. Lingkungan kerja yang harmonis saling menghargai, menghormati, saling membantu dengan kepala sekolah, teman sejawat, murid dan wali murid. murid yang religius, disiplin, selalu membiasakan senyum salam sapa sopan dan santun. Guru-guru yang religius yang selalu berpihak dengan murid, berbudaya dan berkarakter. Agar semua impian ini terwujud, strategi yang dapat dijalankan adalah menjalankan visi guru penggerak yang sejalan dengan visi sekolah dan bermuara berpihak pada murid dan keterlibatan semua warga sekolah

 

Harapan untuk Diri Sendiri

Setelah Anda melaksanakan refleksi terkait peran Anda dalam menciptakan budaya positif, isilah kolom harapan berikut ini:

Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada diri Anda, sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki pengaruh pada warga sekolah, terutama murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?

 

Harapan yang ingin saya lihat berkembang pada diri saya adalah dapat meningkatkan kompetensi, berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, Guru yang bisa menjadi contoh menerapkan ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, sehingga hidup bermanfaat untuk orang disekitar kita menyayangi murid seperti anak sendiri jika mereka 11 maka hati kita juga 11 artinya kita mengerti apa yang menjadi keinginan anak didik.

 

Harapan pada Murid

Setelah Anda melaksanakan refleksi terkait peran Anda dalam menciptakan budaya positif, isilah kolom harapan berikut ini:

Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?

Harapan terhadap murid-murid yang ingin saya lihat berkembang adalah mereka memiliki karakter dan tingkah laku sehari hari yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sesuai ajaran agama, berperilaku yang mengedepankan sopan santun


Ekspektasi

Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

 Yang saya harapkan materi yang muncul dalam modul ini yaitu contoh nyata dapat berbentuk narasi atau video aksi nyata dalam rangka menciptakan budaya positif di sekolah


1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 1.4

Moda: Kegiatan mandiri, Forum Diskusi
Durasi: 4 JP

Bapak/Ibu CGP, Eksplorasi konsep untuk Budaya positif terdiri dari beberapa bagian yaitu.

2.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

Tujuan pembelajaran:

1.     CGP dapat menjelaskan  makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.

2.     CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.

3.     CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif. 

2.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi 

Tujuan Pembelajaran:

1.     CGP dapat menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.

2.     CGP dapat menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan  konsep pendekatan restitusi.

3.     CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.

 2.3. Keyakinan Kelas

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1.     CGP dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.

2.     CGP dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas. 

3.     CGP akan dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka masing-masing.

2.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

Tujuan Pembelajaran Khusus:   

1.     CGP dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru 

2.     CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan 

3.     CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.

2.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1.     CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya.

2.     CGP dapat menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.

3.     CGP dapat menganalisis secara kritis,  reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.

2.6. Restitusi - Segitiga Restitusi

Tujuan Pembelajaran Khusus:   

1.     CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.

2.     CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.

3.     CGP dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya. 

 1.4.a.4.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

Moda: Kegiatan mandiri, Forum Diskusi

Tujuan Pembelajaran Khusus

 CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.

1.     CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.

2.     CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.

Page 1

Pada pembelajaran "Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal "dengan tujuan pembelajaran khusus makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser

NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tujuan Pembelajaran Khusus

1.     Apa makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari?

2.     Bagaiman penjelasan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori control, makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungan?

3.     Bagaimana kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia?

4.     Apa pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif?
Saya ingin pemahaman lebih lanjut tentang makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, penjelasan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori control, makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungan,kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia serta pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.

Cobalah Buka!Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Anda adalah A , tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda  menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda  perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya untuk  kehidupan Anda. Tugas B (rekan Anda), adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda B boleh membujuk, menghardik,  mengintimidasi, memarahi, menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia membuka  kepalan tangan Anda.  Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di atas dengan B secara  bergantian, masing-masing A dan B memiliki waktu 30 detik saja. Sesudah itu  diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara  mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan Anda B. Bandingkan jawaban Anda,  apakah berbeda, atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira mengapa?

1.   Apakah Anda atau B membuka kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B membuka kepalan tangan Anda?

2.   Apakah Anda atau B menutup kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B tetap menutup kepalan tangan Anda?

3.   Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan?

1. saya akan membukanya alasan saya membukanya meskipun itu peting dalam kehidupan saya karna saya melihat usaha keras perjuangan yang di lakukan teman B,mungkin dia jauh lebih membutuhkanya 2. saya akan menutupnya kembali dan tetap mempertahankanya karena yang sebagian itu adalah sebuah prisip atau komitmen. 3.Yang memenggang kontrol memuka dan menutup tangan saya adalah diri saya sendiri.

Tanggapan Reflektif

Kemungkinan jawaban kita terhadap:

1.     Pertanyaan-pertanyaan pertama dan kedua bervariasi, antara yang bersedia membuka, dan yang tetap bertahan menutup kepalan tangannya.

2.     Pertanyaan ketiga, siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya? Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu.

ya saya sependapat bahwa siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu

NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI respond:

ya saya sependapat bahwa yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan ataupun yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu

 Edit  Remove  Reply  Like (0)Saturday, 30 September 2023, 12:39 AMya saya sependapat bahwa siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu

 NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Tanggapan Reflektif

Pemegang kontrol seseorang adalah dirinya sendiri

Teori Kontrol (Dr. William Glasser)

Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.

  • Ilusi guru mengontrol murid.  
    Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau  murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya  guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid  sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru  menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol  menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap  perilaku yang tidak disukai.
  • Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.  
    Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha  untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah  suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu,  kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk  menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.
  • Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat  menguatkan karakter.
    Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada  identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka.  Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru  untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan  negatif.
  • Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. 
    Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab  untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang  dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah  pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari  bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang,  dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.

Disiplin positif perlu dilakukan di sekolah agar dapat menjadi individu yang baik. Hal yang perlu dilakukan sekolah dalam penerapan disiplin positif adalah melibatkan siswa dalam penyusunan disiplin tersebut, membuat kesepakatan melalui diskusi. Murid melakukan kesepakatan tentang tata tertib atau disiplin positif itu dengan kesadarannya sendiri tanpa rasa terpaksa dan murid yang memegang kendali kontrol atas dirinya sedangkan ilusi merupakan kondisi yang terjadi akibat salah persepsi. Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.karena menurut beliau persepsi inilah yang akan mempengaruhi tingkah laku seseorang

Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? (Stephen R. Covey)

Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991)  mengatakan bahwa,

“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau  perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita  perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia,  bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema  pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”

Page 1


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tujuan Pembelajaran Khusus

Saya ingin pemahaman lebih lanjut tentang makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, penjelasan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori control, makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungan,kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia serta pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.

 

Page 2


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Cobalah Buka!

1. saya akan membukanya karena menurut saya membukanya meskipun itu peting dalam kehidupan saya karena saya memaknai perjuangan yang di lakukan teman B,mungkin dia jauh lebih membutuhkan dari pada saya 2. saya akan menutupnya kembali dan tetap mempertahankanya karena yang sebagian itu adalah sebuah prisip atau komitmen. 3.Dalam kegiatan ini yang memenggang kendali/kontrol membuka dan menutup kepalan tangan saya adalah diri saya sendiri.

 

Page 3


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 respond:

ya saya sependapat bahwa yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan ataupun yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya itu kita sendiri serta yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu

 

Page 4


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Teori Kontrol (Dr. William Glasser)

Disiplin positif perlu dilakukan di sekolah agar dapat menjadi individu yang baik. Hal yang perlu dilakukan sekolah dalam penerapan disiplin positif adalah melibatkan siswa dalam penyusunan disiplin tersebut, membuat kesepakatan melalui diskusi. Murid melakukan kesepakatan tentang tata tertib atau disiplin positif itu dengan kesadarannya sendiri tanpa rasa terpaksa dan murid yang memegang kendali kontrol atas dirinya sedangkan ilusi merupakan kondisi yang terjadi akibat salah persepsi. Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.karena menurut beliau persepsi inilah yang akan mempengaruhi tingkah laku seseorang

 

Page 5


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? (Stephen R. Covey)

Terdapat perbedaan antara teori stimulus respon dengan teori kontrol. Dalam Stimulus Respon seolah orang lain dapat kita kontrol, dapat kita kendalikan, sehingga kita dapat merubah seseorang menjadi apa yang kita inginkan. Tetapi pada Teori kontrol sangat bertolak belakang, sesuatu yang sedang kita kontrol sebetulnya tidak dapat kita kendalikan, karena yang dapat mengontrol adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. Setiap orang berperilaku memiliki tujuannya sendiri. Kita harus memiliki pola pikir yang lebih tertata agar kita mampu berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia. KItapun harus memahami jika orang lain berbeda pandangan dengan kita, tidak memaksakan pandangan kita kepada orang lain.

 

Page 6


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Makna Disiplin

Disiplin itu berawal dari diri sendiri. Jika kita menyadari apa manfaat disiplin bagi diri, bagi lingkungan sekitar dan bagi masa depan. Apabila kita tidak mampu mendisiplinkan diri kita sendiri maka butuh orang lain sebagai motivator untuk menanamkan kedisiplinan. Karena sikap disiplin sangat berguna bagi masa depan murid. Disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang. Disiplin yang kita terapkan kepada murid, maka harus diawali dari diri kita sebagai pendidik dengan menciptakan perilaku disiplin dalam setiap hal . Menjadikan murid displin tidak semudah yang kita banyangkan, akan tetapi membutuhkan proses dan waktu yang cukup agar kedisiplinan menjadi suatu bentuk kesadaran yang muncul dari setiap pribadi seseorang

 

Page 7


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Makna Kata Disiplin

Seseorang yang memiliki disiplin diri artinya dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dan mendasarkan tindakan pada nilai-nilai kebajikan secara menyeluruh.

 

Page 8


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Nilai-nilai Kebajikan

Suatu bentuk perbuatan kontrol diri kata lain dari disiplin, yaitu belajar untuk mengontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia yaitu nilai-nilai kebajikan yang merupakan sifat-sifat positif manusia. Nilai-nilai kebajikan itu tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. nilai-nilai kebajikan adalah salah satu motivasi instrinsik. Maksudnya seseorang yang berperilaku disiplin akan mendapatkan nilai-nilai kebajikan yang merupakan tujuan mulia setiap individu. Nilai-nilai kebajikan yang harus ada pada diri guru penggerak sudah seharusnya diterapkan, dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan tersebut sebagai pendidik akan mendapatkan motivasi internal untuk terus berdisiplin dalam segala bentuk kebajikan.Pada akhirnya pendidik dan siswa sama-sama memiliki nilai-nilai kebajikan dengan menerapkan Profil Pelajar Pancasila.

 

Page 9

NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Nilai-nilai Kebajikan dari enam institusi/organisasi

Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Berakhlak Mulia menjadi pondasi harus dikuatkan sebelum memperkuat dimensi lain dalam Profil Pelajar Pancasila. Untuk mewujudkan nilai nilai di atas kita bisa menuangkannya dalam kegiatan di kelas yaitu melalui pembiasaan dan pembuatan kesepatan kelas yang bisa dijadikan control, pedoman bersama di dalam ruang kelas dan sekolah

 

Page 10


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.1 (1)

Keinginan saya ikut CGP adalah berprinsip belajar sepanjang hayat, karena sebagai seorang guru kita wajib meningkatkan kompetensi diri kita sendiri. dengan harapan bisa membawa perubahan positif pada diri saya dan lingkungan sekolah. Belajar pada program guru penggerak ini juga bermanfaat untuk diterapkan dilingkungan keluarga khususnya dalam mendidik berpihak pada murid.

 

Page 11
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.1 (2)

Motivasi hadir pada pelatihan adalah sebagai bentuk pengembangan diri, melalui kegiatan ini kita menambah ilmu,kemampuan dan kompetensi dalam dunia pendidikan. Hal tersebut mampu mengembalikan semangat dalam mengajar. Di mana saja kapan saja sebagai manusia kita harus tetap belajar sepanjang hayat,

 

Page 12


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.1 (3)

Saya akan selalu berusaha datang tepat waktu karena amanah, cerminan kesadaran diri untuk saya jalankan dengan penuh rasa tanggung jawab dan saya harus bisa menjadi contoh bagi peserta didik. Ing Ngarso Sung Tulodho.

 

Page 13


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.1 (4)

Cognitive Motives (Motif Kognitif) hal menunjukkan adanya gejala intrinsik , ketertarikan terhadap sesuatu demi kepuasan individu. Dimana seorang murid memiliki ketertarikan dalam belajar jika ada sesuatu yang menarik dan membuat murid senang. Bisa dengan permainan, reward untuk memotivasi, pujian, serta pembelajaran yang menarik dari guru yang ramah murah senyum dan membuat murid merasakan kenyamanan, kepuasan.

 

Page 14


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.1 (5)

Strategi yang saya terapkan adalah dengan memberikan teladan perilaku positif disekolah serta membuat kesepakatan kelas yang dilaksanan bersama-sama. Membuat suasana kelas yang menyenangkan, disiplin, tertib dan nyaman.

 

Page 15


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.1 (6)

Nilai-nilai kebajikan yang selalu saya tanamkan pada murid saya yang paling utama yaitu Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran, disiplin, tanggung jawab, gotong royong, saling menghargai diri sendiri, sesama, membuang sampah pada tempatnya peduli lingkungan dan keseluruhan dimensi dalam Profil Pelajar Pancasila.

 

Page 16


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Penutup

Alhamdulillah.. Dalam menciptakan lingkungan yang positif tidak bisa seorang diri, tetapi harus ada kerjasama dari setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama

 

 

1.4.a.4.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Page 1


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tujuan Pembelajaran

Semoga tujuan pembelajaran bisa tercapai dalam memahami Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik, konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi. Meskipun sudah malam tapi tetap semangat. Bismillah.

 

Page 2

 3 Motivasi Perilaku Manusia


Bapak Ibu calon guru penggerak,

Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.

Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel ini:

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
    Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal. 
  2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
    Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal. 
  3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. 
    Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi? Saat itu, anda sedang menjadi orang yang seperti apa?

 


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on 3 Motivasi Perilaku Manusia

Selama ini belum pernah mengalami kejadian yang terjadi dalam diri yang menyakitkan. Kalau menyedihkan iya ketika saya dihadapkan dengan keluarga yang sakit, harus montang manting urus keluarga dan tetap mengajar karena memiliki tanggung jawab megang kelas saat pengambilan rapot yang bersamaan dengan pembagian rapot di empat tempat yang berbeda, Pendekatan Disiplin Positif menitikberatkan pendekatan yang positif tanpa kekerasan, memotivasi, merefleksi kesalahan, menghargai, membangun logika, dan bersifat jangka panjang

 

Page 3


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.2 (1)

Pada awalnya hanya mengikuti arahan atasan bahkan daftar ditunggui oleh bu pengawas disuport oleh ibu Kepala Sekolah, dengan berjalannya waktu , saya mendapat banyak ilmu dan keterampilan yang dapat merubah sikap saya, cara pandang saya menjadi lebih baik untuk menjadi seorang pendidik dengan nilai-nilai yang ada pada seorang guru penggerak. Bismillah.

 

Page 4

Tugas 2.2 (2)

Selanjutnya,

Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan Anda  dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.2 (2)

Saya datang tepat waktu,karena dari kecil saya dididik orang tua bahwa disiplin itu kebutuhan saya sendiri untuk diri saya sendiri dan sekolah saya bersebelahan dengan korwil karangpandan. Khawatir ditegur maupun ancaman apapun yang memotivasi saya untuk datang tepat waktu. Karena saya memiliki kecenderungan untuk 'lebih takut dengan ancaman, daripada 'mendapatkan penghargaan', , untuk lebih menghargai diri sendiri karena saya tentunya menjadi sorotan bagi murid-murid tentang hal ini.Keyakinan akan nilai serta kesadaran untuk menghargai diri sendiri sebagai teladan ini penting agar apa yang saya lakukan dapat saya terapkan secara terus menerus.

Page 4

Tugas 2.2 (3)

Selanjutnya,

Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda?  Jelaskan alasan Anda.


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.2 (3)

Datang tepat waktu merupakan wujud disiplin diri bagi saya. Saya sebagai seorang guru haruslah memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, karena semua kelak akan dipertanggungjawabkan. Jadi meskipun ada penghargaan atau tidak, pujian atau tidak, tetap nilai tersebut akan saya lakukan dengan sepenuhnya karena memang tujuan utama saya bukan untuk itu dan saya merasa disiplin adalah bagian dari diri saya.

 

Page 5

Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.2 (4)

Menurut saya motivasi yang paling mendasari perilaku anak-anak kelas 1 di sekolah saya adalah motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang Motivasi ini juga bersifat eksternal. Anak-anak kelas 1 akan lebih bersemangat untuk mengeksplore kemampuan mereka jika kita sebagai guru bisa memberikan penghargaan reward atas apa yang mereka kerjakan. Reward tidak harus berupa barang, tetapi bisa dengan verbal ucapan sanjungan pintar, keren, hebat atau dengan gerakan misalnya tepuk tangan jempol. Saat anak mendapatkan semua itu, akan terasa dan ekspresi kebahagiaan dari anak-anak.

 

Page 6

Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?
NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.2 (5)

Strateginya dengan memberikan contoh secra langsung melalui sikap,perilaku dan tindakan kita sehari-hari di sekolah, karena anak cenderung senang meniru apa yang dilakukan gurunya. Karena memerintah atau menyuruh tanpa contoh nyata tidak akan efektif untuk merubah perilaku seseorang apalagi anak kelas bawah

 

Page 7

Tugas 2.2 (4)

Selanjutnya,

Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.2 (4)

Menurut saya motivasi yang paling mendasari perilaku anak-anak kelas 1 di sekolah saya adalah motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang Motivasi ini juga bersifat eksternal. Anak-anak kelas 1 akan lebih bersemangat untuk mengeksplore kemampuan mereka jika kita sebagai guru bisa memberikan penghargaan reward atas apa yang mereka kerjakan. Reward tidak harus berupa barang, tetapi bisa dengan verbal ucapan sanjungan pintar, keren, hebat atau dengan gerakan misalnya tepuk tangan jempol. Saat anak mendapatkan semua itu, akan terasa dan ekspresi kebahagiaan dari anak-anak.

 

 

Page 8

Tugas 2.2 (6)

Selanjutnya,

Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di kelas dan sekolah Anda?


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas 2.2 (6)

Nilai-nilai kebajikan yang saya usahakan untuk ditanamkan pada murid selama proses pembelajaran dengan disiplin diri dalam mengumpulkan tugas, piket, saling menghargai Nilai kebajikan yang berusaha saya tanamkan menghormati, mengasihi, empati, jujur, berbagi, gotong royong, bertanggung jawab, mandiri peduli lingkungan sesuai profil pelajar pancasila dan pembiasaan 5S

 

Page 9

Pertanyaan Reflektif


Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan:

Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.

Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.

  1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
  2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau konsekuensi? Mengapa

NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI noted on Pertanyaan Reflektif

1.Saya kurang setuju dengan tindakan pak Seno karena hal tersebut dapat menjadi penghukum sekaligus pembuat merasa bersalah bagi Iva. 2.Meminta Iva berdiri di depan kelas dengan memegang hidung merupakan sebuah hukuman karena tidak dapat menjawab pertanyaan pak Seno.

 

 

Page 10


 Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi


Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam modul ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang dinamakan Restitusi.  

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). 

Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang penerapan Restitusi, kita perlu bertanya dahulu, adakah perbedaan antara hukuman dan konsekuensi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana perbedaannya? Di bawah ini Anda akan diberikan suatu gambaran perbedaan antara Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi itu sendiri. 

Bila kita melihat bagan di bawah ini, kata disiplin tanpa tambahan kata ‘positif’ di belakangnya, sesungguhnya sudah merupakan identitas sukses dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin yang sudah bermakna positif terbagi dua bagian yaitu Disiplin dalam bentuk Konsekuensi, dan Disiplin dalam bentuk Restitusi, yang selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih rinci di pembelajaran 2.2 dan 2.6.

Berdasarkan bagan diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.

Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid.


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi

Hukuman adalah cara untuk melakukan pengarahan agar tingkah laku bisa sesuai dengan perilaku secara umum. Seseorang akan patuh karena takut mendapat hukuman saat melakukan pelanggaran-pelanggaran. Konsekuensi akan memberikan akibat dari melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan di lingkungan tertentu. Restitusi akan memberikan kepada orang yang melakukan pelanggaran untuk menyelesaikan masalahnya.

 

Page 11

Tugas Mandiri


Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi, maka isilah bagan di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan tindakan yang dinyatakan di kolom sisi kiri, apakah tindakan tersebut berupa sebuah hukuman, konsekuensi? 


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Tugas Mandiri

Dengan menjawab pertanyaan tersebut diatas menajdi refleksi bagi saya bagaimana langkah dalam memperlakukan murid ketika mereka melakukan kesalahan.

 

Page 12

Pertanyaan Reflektif


Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan:

Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antri di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. Apa yang terjadi, mengapa?

Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.

1.        Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari pada pembelajaran sebelumnya, kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas? 

2.        Adakah cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang? Jelaskan.

 


NUNUNG FIKA HERAWATI EFENDI
 noted on Pertanyaan Reflektif

1. Motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas adalah motivasi untuk mendapatkan imbalan aau penghargaan dari orang lain karena mereka ingin mendapatkan stiker bintang dari Ibu Anas. 2. Ada cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas adalah dengan cara diajak permainan kereta api atau ular naga untuk melatih sikap antri kepada murid-murid kelas 2, karena di usia anak kelas 2 SD pesan disiplin antri akan lebih dapat di terima kalau dilakukan melalui permainan, lagu,

 

 .

Tidak ada komentar:

Berkunjung ke rumah Bu Fasilitator dan Pak Pendamping Praktik

Hari ini Senin tanggal 15 April 2024 Saya bersama teman-teman berkunjung ke rumah Bu Fasilitator ibu Sudarsi, S.Pd., M.Pd dan pak PP Bapak H...